BUKU TENTANG VIRUS MEMATIKAN
YANG TAKKAN ANDA BISA ANDA LUPAKAN SEUMUR HIDUP !!!
BEGITU MEMBACA BUKU INI, ANDA AKAN MENGANGGAP VIRUS AIDS BAGAI MAINAN ANAK-ANAK DIBANDING TRUK BENERAN DI PENAMBANGAN EMAS !
SAYA TERJEMAHKAN MANUAL SEJAK 24 NOVEMBER 2011
HOT ZONE
Richard Preston
Random House
ISBN 0-679-43094-6
Di terjemahkan oleh teguh suroso
Teguh suroso k-link (facebook)
Teguhsuroso@ymail.com
Buku ini menggambarkan peristiwa antara tahun 1967 sampai 1993. Periode inkubasi virus dalam buku ini kurang dari 24 hari. Tidak ada orang yang menderita virus atau yang telah melakukan kontak dengan siapapun yang menderitanya menyebarkan virus diluar masa inkubasi. Tidak ada orang yang hidup sebagaimana dimaksud dalam buku ini menderita penyakit menular. Virus tidak dapat bertahan hidup mandiri selama lebih dari 10 hari kecuali virus yang diawetkan dan dibekukan dengan prosedur khusus dengan peralatan laboratorium. Sehingga tidak ada lokasi di Reston atau Washington, wilayah DC yang dijelaskan dalam buku ini terinfeksi atau berbahaya.
BAGIAN SATU
Bayangan di Gunung Elgon
Sesuatu di Belantara
TAHUN BARU 1980
CHARLES MONET adalah seorang penyendiri. Dia warga Prancis yang tinggal sendirian di sebuah bungalow kayu kecil di lahan pribadi Pabrik Gula Nzoia, sebuah perkebunan di Kenya barat yang tersebar di sepanjang Sungai Nzoia disekitar Gunung Elgon, gunung berapi besar yg telah punah, batuan soliter yang naik ke ketinggian 14.000 kaki di dekat tepi Lembah Rift. Asal-usul Monet tak begitu jelas. Seperti begitu banyak ekspatriat yang berakhir di Afrika, tidak jelas apa yang membawanya ke sana. Mungkin ia telah terlibat beberapa masalah di Prancis, atau mungkin ia telah ditarik tenggelam kedalam keindahan Negara Kenya. Dia adalah seorang naturalis amatir, lebih menyukai burung dan hewan daripada manusia. usianya 56 tahun, tingginya sedang dan agak kekar, mulus, rambut cokelat lurus, seorang pria yang cukup tampan.
Tampaknya satu-satunya teman dekat adalah perempuan yang tinggal di kota-kota di sekitar gunung, namun bahkan mereka tidak bisa mengingat banyak tentang dia ketika dokter menyelidiki kematiannya (kemudian). Tugasnya adalah mengurus mesin pompa air milik pabrik gula, yang menimba air dari Sungai Nzoia dan dikirimkan ke banyak tanaman tebu bermil-mil jauhnya. Penduduk sekitar mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar hari didalam rumah pompa dipinggir sungai, seolah-olah ia senang menonton dan mendengarkan mesin2 melakukan pekerjaan mereka.
sayangnya sering dalam kasus seperti ini, sulit untuk dijabarkan secara terperinci. Dokter hanya bisa mengingat tanda-tanda klinis, karena tidak ada seorangpun yang melihat efek dari virus khusus Biosafety level 4 yang bisa mereka lupakan, dari efek yang menumpuk, satu demi satu, sampai mereka melenyapkan orang tsb. Kasus Charles Monet muncul dalam fakta luarbiasa dari geometri klinis (kedokteran) dicampur dengan kilatan menyilaukan penuh horor yang mengganggu & menarik perhatian kita, membuat mata berkedip, seolah-olah kita menatap ke matahari yang aneh.
Monet datang ke negara itu pada musim panas tahun 1979, sekitar waktu dimana human immunodeficiency virus atau HIV, yang menyebabkan AIDS, membuat pelarian akhir dari hutan hujan Afrika Tengah dan mulai perjalanan panjang melalui umat manusia. AIDS telah datang seperti bayangan kepada penduduk, ketika tak seorangpun sempat menyadarinya. HIV diam-diam sudah menyebar di sepanjang Jalan Raya Kinshasa, jalan benua pengembara di Afrika dari timur ke barat dan melewati sepanjang tepi Danau Victoria di sekitar Gunung Elgon. HIV adalah virus Level 2 yang sangat mematikan, namun tidak mengkawatirkan pada tingkatan Biosafety. Tidak mudah pindah dari orang ke orang, dan tidak dapat melakukan perjalanan melalui udara. Anda tidak perlu untuk memakai jas biologis ketika menangani darah yang terinfeksi HIV.
Monet bekerja keras dirumah pompa selama seminggu, dan pada akhir pekan dan hari libur ia akan mengunjungi daerah-daerah berhutan dekat pabrik. Dia akan membawa makanan, dan ia akan menyebarkannya lalu menonton saat burung-burung dan hewan lain memakannya. Dia bisa duduk dalam keheningan sementara ia mengamati. Orang-orang yang mengenalnya ingat bahwa ia suka dengan monyet liar, bahwa ia memiliki cara khusus dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa ia akan duduk memegang sepotong makanan sementara monyet mendekatinya, dan hewan akan makan dari tangannya.
Pada malam hari, dia sendirian dalam pondokannya. Dia punya pembantu, seorang wanita bernama Johnnie, yang membersihkan dan menyiapkan makanannya.
Dia belajar secara autodidak bagaimana mengidentifikasi burung-burung Afrika. Sebuah koloni weaverbirds (manyar) tinggal di sebuah pohon dekat rumahnya, dan ia menghabiskan waktu menonton mereka membangun dan menjaga sarang mereka. Penduduk mengatakan bahwa suatu hari dekat Natal ia membawa unggas yang sakit ke rumahnya, di mana lalu mati, mungkin di atas tangannya. Burung - mungkin jenis manyar, tidak ada yang tahu - dan mungkin telah mati karena virus Level 4 - tidak ada yang tahu.
Dia juga memiliki persahabatan dengan burung gagak. Itu gagak pied, seekor burung hitam-putih Afrika yang kadang dijadikan hewan peliharaan. Gagak itu seekor burung ramah dan cerdas yang suka mengintip di atap bungalo Monet, menonton kedatangan dan kepergiannya. Ketika burung gagak merasa lapar, ia akan mendarat di ruangan beranda dan berjalan, lalu makan sisa makanan di meja.
Monet berjalan untuk bekerja setiap pagi melalui ladang-ladang tebu, perjalanan 2 mil. Pada Musim Natal, para pekerja telah membakar bidang, dan ladang-ladangpun menjadi hangus dan hitam. Ke bagian utara melintasi lanskap hangus, 25 mil jauhnya, ia bisa melihat Gunung Elgon. Gunung ditampilkan dalam wajah yang terus berubah akibat cuaca dan bayangannya sendiri, karena hujan dan matahari, layaknya tontonan cahaya Afrika.
Saat fajar, Gunung Elgon muncul sebagai tumpukan abu-abu yg menghilang dalam kabut, terdiri dari dua puncak, saling berjauhan dengan bibir kerucut yang terkikis. Saat matahari terbit, gunung berubah menjadi hijau keperakan, warna hutan hujan Gunung Elgon, lalu awan muncul dan menyembunyikannya dari pandangan. Menjelang sore, menjelang matahari terbenam, awan menebal menjadi sebuah landasan kilat yang berkedip-kedip tanpa suara. Bagian bawah awan adalah warna arang kehitaman, dan bagian atas awan bersinar jingga kusam, diterangi oleh matahari terbenam, lalu diantara awan dan langit biru gelap ada beberapa bintang tropis bergemerlapan.
Dia memiliki sejumlah teman perempuan yang tinggal di kota Eldoret, di sebelah tenggara gunung, di mana orang-orang miskin tinggal di gubuk terbuat dari papan dan logam. Dia sering memberi uang kepada teman perempuannya, dan balasannya dengan senang hati mereka mencintainya. Saat itu, liburan Natal tiba, ia berencana untuk pergi berkemah di Gunung Elgon, dan ia mengundang salah satu wanita dari Eldoret untuk menemaninya. Tampaknya tiada seorangpun yang ingat namanya.
Monet dan temannya melaju dalam Land Rover dijalan panjang & lurus, berwarna merah layaknya kotoran, yang mengarah ke Endebess Bluff, sebuah tebing yang menonjol di sisi timur gunung berapi. Jalan itu penuh debu vulkanik, merah seperti darah kering. Mereka naik sampai dibawah gunung berapi setelah melewati ladang jagung dan kebun kopi, sebuah jalan ke lahan penggembalaan, jalanan kuno, jalanan setengah hancur milik peternakan kolonial Inggris yang tersembunyi dikejauhan dibalik garis biru jajaran pohon karet. Udara semakin dingin saat mereka pergi lebih tinggi, dan elang jambul mengepakkan diri dari pohon cedar. Tidak banyak wisatawan mengunjungi Gunung Elgon, sehingga Monet dan temannya itu mungkin satu-satunya orang yang berkendara dijalanan, meskipun akan ketemu kerumunan orang berjalan kaki, penduduk desa yang menggeluti pertanian kecil di lereng gunung. Mereka mendekati tepi luar hutan hujan Gunung Elgon, mereka melewati Gunung Elgon Lodge, sebuah penginapan Inggris, dibangun kisaran awal abad, sekarang jatuh kedalam kerusakan, temboknya retak dan cat yang mengelupas akibat sinar matahari dan hujan.
Gunung Elgon melintasi perbatasan antara Uganda dan Kenya dan tidak jauh dari Sudan. Gunung adalah sebuah pulau biologis hutan hujan di tengah Afrika, sebuah dunia diatas dataran yang terisolasi tanaman yang kering, 50 mil persegi, diselimuti pohon-pohon, bambu, dan tegalan alpine. Layaknya sebuah tombol ditulang punggung Afrika Tengah. Gunung berapi ini tumbuh 7-10 jt tahun yang lalu, menghasilkan letusan dahsyat dan ledakan abu, yang berulang kali menghapus hutan yang tumbuh di lereng, menimbunnya sampai mencapai ketinggian yang luar biasa. Sebelum Gunung Elgon itu longsor, mungkin bisa menjadi gunung tertinggi di Afrika, lebih tinggi dari Kilmanjaro saat ini. Karena masih terluas. Ketika matahari terbit, ia melemparkan bayangan Gunung Elgon kebarat, Jauh ke Uganda, dan ketika matahari terbenam, bayangan mencapai timur sampai Kenya.
Dalam bayangan Gunung Elgon, desa dan kota-kota didiami oleh berbagai suku, termasuk suku Masai Elgon. Pastoral, orang-orang yang datang dari utara dan menetap di sekitar gunung beberapa abad lalu, dan yang memelihara ternak. Semakin rendah kelereng gunung, tercuci dengan hujan lembut, dan udara dingin serta segar sepanjang tahun, sedangkan tanah vulkanik yang kaya menghasilkan tanaman jagung. Desa-desa membentuk sebuah cincin dari pemukiman manusia di sekitar gunung berapi, dan cincin yang terus menutup sekitar hutan dilereng, sebuah jerat kusut dari habitat liar gunung. Hutanpun dibersihkan, pohon-pohon ditebang untuk kayu bakar atau untuk penggembalaan lahan, dan gajahpun lalu menghilang.
Sebuah bagian kecil dari Gunung Elgon adalah taman nasional. Monet dan temannya berhenti di gerbang taman untuk membayar biaya masuk mereka. Sebuah monyet atau mungkin babon - tak seorang pun tampaknya ingat - sedang nongkrong di pintu gerbang, dan Monet menarik hewan tersebut untuk duduk di bahunya dengan menawarkan pisang. Temannya tertawa, tapi mereka tetap diam sementara hewan makan. Mengendarai mobil adalah cara singkat keatas gunung dan mendirikan tenda di tanah lapang rumput hijau basah yang miring ke arah sungai. Sungai berdeguk keluar dari hutan hujan, dan itu adalah warna yang aneh, warna susu penuh dengan debu vulkanik. Rumput tetap pendek oleh penggembalaan kerbau Cape, beserta noda kotoran mereka.
Hutan Elgon menjulang di sekitar perkemahan mereka, keriput pohon zaitun Afrika digantungi lumut dan tanaman rambat, dihiasi dengan zaitun hitam yang beracun bagi manusia. Mereka mendengar perkelahian monyet berebut makan di pepohonan, dengungan serangga, lalu suara kejauhan panggilan monyet. Mereka monyet colobus, dan kadang-kadang salah satu akan turun dari pohon dan bergegas melintasi padang rumput dekat tenda, mengawasi mereka dengan waspada, mata yang cerdas. Kawanan merpati zaitun melesat dari bawah pepohonan dengan cepat, terbang pada kecepatan yang hebat, yang merupakan strategi mereka untuk melarikan diri dari elang harrier yang baisa menyerang dan merobek sayap mereka. Ada pohon kamper dan jati Afrika, pohon-pohon cedar dan stinkwood merah, disini ada awan gelap hijau daun menjamur di atas kanopi hutan. Ini adalah mahkota pohon Podocarpus, atau podos, pohon terbesar di Afrika, hampir sama besar seperti sekuoya California. Ribuan gajah tinggal di gunung itu, dan mereka bisa terdengar bergerak melalui hutan, membuat suara retak karena mereka kupas kulit pohon lalu pecah terinjak kaki.
Pada sore hari itu sepertinya akan hujan, sesuatu yang tidak biasa terjadi di Gunung Elgon, Monet dan temannya tetap tinggal di tenda mereka, dan mungkin mereka bercinta sementara badai datang. Hari mulai gelap, hujanpun meruncing. Mereka membangun api dan memasak makanan. Waktu itu Malam Tahun Baru. Mungkin mereka merayakannya lalu minum sampanye. Awan akan bersih dalam beberapa jam, dan gunung berapi akan muncul sebagai bayangan hitam di bawah Bima Sakti. Mungkin Monet berdiri di rumput di tengah malam dan melihat bintang-bintang – membengkokan leher kebelakang, berdiri goyah diatas kakinya karena sampanye.
Pada pagi Tahun Baru, beberapa saat setelah sarapan - sebuah pagi yang dingin, udara suhunya sekitar 40an farenheit (4 celcius), rumput basah dan dingin - mereka melaju ke arah gunung sepanjang jalur berlumpur dan dan parkir disebuah lembah kecil di bawah Gua Kitum. Mereka menerobos menuju keatas lembah, mengikuti jalan gajah yang berkelok-kelok disamping sungai kecil yang mengalir melalui pohon zaitun dan padang rumput. Mereka terus waspada akan kerbau Cape, hewan berbahaya jika bertemu dihutan. Mulut gua ada pada kepala lembah, dan sungai mengalir dari mulutnya. Jalur Gajah bergabung di pintu masuk dan menuju ke dalam. Monet dan temannya menghabiskan seluruh Hari Tahun Baru di sana. Mungkin hujan, sehingga mereka akan tetap duduk di pintu masuk selama berjam-jam sementara sungai kecil mengalir. Melihat sepanjang lembah, mengamati gajah, melihat kambing gunung - hewan berbulu ukuran serigala - berjalan naik dan turun batu-batu dekat mulut gua.
Kawanan gajah masuk ke dalam Gua Kitum di malam hari untuk mendapatkan mineral dan garam. Didataran, mudah bagi gajah untuk menemukan garam dan lubang air yang kering, tetapi garam didalam hutan hujan, itu adalah hal yang berharga (langka). Gua cukup besar untuk menyimpan sebanyak tujuh puluh gajah sekaligus. Mereka menghabiskan malam di dalam gua, tidur-tiduran di kaki mereka atau menambang batu dengan taring mereka. Mereka membongkar dan mencungkil batu dari dinding, mengunyahnya untuk mendapatkn fragment, dan menelan batu yang pecah tergigit. Gajah mengotori sekitar gua dengan batuan hancur.
Monet dan temannya mengambil senter, dan mereka berjalan kedalam gua untuk melihat kemana gajah itu pergi. Mulut gua sangat besar - 55 yard (sekitar 45 mtr) lebar - dan membuka keluar bahkan makin luas diluar pintu masuk. Mereka menyeberangi lantai yang tertutupi dengan bubuk kering kotoran gajah, kaki mereka menyebabkan gumpalan debu saat mereka berjalan. Cahaya mulai redup, dan lantai gua makin naik keatas seperti serangkaian rak yang terlapisi lendir berwarna hijau. Lendir dari guano (kotoran) kelelawar, koloni kelelawar buah mencerna sayuran lalu mengeluarkannya dari langit-langit.
Kelelawar berputar keluar dari lubang dan membolak-balik terbang kearah cahaya senter mereka, berputar diantara kepala mereka, membuat cicit tangisan bernada tinggi. Senter mereka mengganggu kelelawar, dan kelelawar terbangun lebih banyak. Ratusan mata kelelawar, seperti permata merah, melihat mereka dari langit-langit gua. Gelombang suara kelelawar di langit-langit berdesir dan menggema kembali, suaranya melengking, seperti pintu kecil dengan engsel kering. Lalu mereka melihat hal yang paling indah tentang Gua Kitum. Gua hutan hujan yang membatu. Mineral yang terjebak keluar dari dinding dan langit-langit. Mereka berasal dari batang pohon hutan hujan yang memfosil - jati, pohon Podo, evergreen. Sebuah letusan Gunung Elgon sekitar 7 jt tahun yang lalu telah mengubur hutan hujan dalam abu, dan batang telah berubah menjadi opal dan rijang. Batang dikelilingi oleh kristal, jarum mineral putih yang telah tumbuh keluar dari batu tsb. Kristalnya tajam seperti jarum suntik, dan berkilauan di bawah sinar senter.
Monet dan temannya berjalan sepanjang gua, sinar lampu mengarah pada fosil hutan hujan. Apakah dia meletakkan tangan diatas fosil dan kristal menusuk jarinya?
Mereka menemukan tulang kuda nil kuno yang membatu dan nenek moyang gajah. Ada laba-laba tergantung pada jaring diantara fosil, memakan ngengat dan serangga.
Mereka berdua naik dengan pelan, dimana ruang utama melebar lebih dari 100 meter - lebih luas dari panjang lapangan sepak bola. Mereka menemukan celah dan menyorotkan lampu mereka turun kebawah. Ada sesuatu yang aneh di bawah sana - benda abu-abu dan coklat. Itu adalah mumi bayi gajah. Ketika gajah berjalan melalui gua di malam hari, mereka menavigasi arah dengan sentuhan, menyelidiki lantai didepannya dengan ujung belalai. Bayi kadang-kadang jatuh ke dalam celah.
Monet dan temannya masuk lebih ke dalam gua, turun lereng, sampai mereka tiba di sebuah pilar yang tampaknya mendukung atap. Pilar itu tampak bekas gading gajah. Jika gajah terus menggali jauh didasar pilar, bisa jadi akan runtuh, menjatuhkan atap Gua Kitum. Di bagian belakang gua, mereka menemukan pilar yang lain. Yang satu ini rusak. Lalu ada benda beludru tergantung, guano kelelawar, mengotori pilar dengan warna hitam - jenis yang berbeda dari guano hijau berlendir didekat mulut gua. Kelelawar ini adalah pemakan serangga, dan guano tersebut merupakan cairan hasil cerna serangga. Apakah Monet memasukkan tangannya ke dalam cairan tersebut?
Teman wanita Monet hilang dari pandangan selama beberapa tahun setelah perjalanan dari Gunung Elgon. Tanpa diduga, dia muncul di sebuah bar di Mombasa, di mana ia bekerja sebagai pelacur. Seorang dokter Kenya yang telah menyelidiki kasus Monet kebetulan minum bir, dan ia memulai sebuah percakapan basa-basi lalu dokter tsb menyebut nama Monet. Dia terkejut & berkata, "Aku tahu tentang dia. Saya datang dari Kenya barat. Akulah wanita yang bersama Charles Monet". Dia tidak percaya padanya, Tapi dia menceritakan kisahnya cukup detail sehingga ia yakin kalau wanita itu mengatakan dengan sebenarnya. Dia menghilang setelah pertemuan di bar, hilang dalam sarang Mombasa, dan sekarang dia mungkin telah meninggal karena AIDS.
Charles Monet kembali ke pekerjaannya dirumah pompa di pabrik gula. Dia berjalan untuk bekerja setiap hari diantara ladang tebu yang terbakar. Tidak diragukan lagi ia terkagum pemandangan Gunung Elgon, dan ketika gunung terkubur di awan, mungkin ia masih bisa merasakan tarikannya, seperti gravitasi dari sebuah planet tak terlihat. Sementara itu semua berlangsung, ada sesuatu yang membuat salinan dalam diri Monet. Suatu bentuk kehidupan telah diperoleh Charles Monet sebagai tuan rumah, dan itu mereplikasi.
SAKIT KEPALA YANG DIMULAI, biasanya, pada hari ke 7 setelah terpapar agen/virus. Pada hari ketujuh setelah kunjungan Tahun Baru ke gua Kitum - 8 Januari 1980 - Monet merasakan nyeri berdenyut di balik bola matanya. Dia memutuskan untuk tinggal dirumah, libur dari pekerjaan dan pergi tidur di bungalownya. Sakit kepalanya bertambah parah. Bola matanya sakit, dan pelipisnya juga mulai terasa sakit, rasa sakit tampaknya mengelilingi seluruh kepala. Semuanya tak selesai dengan aspirin, dan kemudian ia mendapat sakit punggung parah. Pembantu rumah, Johnnie, masih liburan Natal, dan Monet baru-baru ini mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga sementara. Dia berusaha merawatnya, tetapi dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian, pada hari ketiga, setelah sakit kepalanya mulai, yaitu pada hari ke 10, ia menjadi mual, demam, dan mulai muntah. Muntahnya bertambah intens dan berubah menjadi sesak nafas. Pada saat yang sama, ia menjadi pasif dan aneh. Wajahnya kehilangan semua penampilan hidup, lalu tampak tak ubahnya topeng tanpa ekspresi, dengan bola mata tak bergerak, lumpuh, dan menatap kosong. Kelopak mata agak murung, yang memberinya penampilan aneh, seolah-olah matanya muncul dan setengah tertutup pada waktu yang sama. Bola mata sendiri tampak seperti hampir beku lalu berubah menjadi merah cerah. Kulit wajahnya berubah kekuningan, dengan bercak merah seperti bintang bersinar. Dia mulai terlihat seperti zombie – mayat yang hidup. Penampilannya menakuti si pembantu. Dia tidak memahami transformasi yang terjadi pada diri Monet. Kepribadiannya berubah. Dia menjadi cemberut, kesal, marah, dan ingatannya mulai menghilang.
Dia tidak mengigau. Dia bisa menjawab pertanyaan, meskipun ia tampaknya tidak tahu persis dimana dia.
Ketika Monet tidak muncul untuk bekerja, rekan-rekannya mulai bertanya-tanya tentang dia, dan akhirnya mereka pergi ke bungalow untuk melihat apakah dia baik-baik saja. Gagak hitam-putih duduk di atap dan mengawasi saat mereka masuk ke dalam. Mereka menatap Monet dan memutuskan bahwa ia perlu ke rumah sakit. Karena dia tidak sehat dan tidak lagi mampu mengendarai mobil, salah satu rekan kerja mengantarnya ke rumah sakit swasta di kota Kisumu, di tepi Danau Victoria. Para dokter di rumah sakit memeriksa Monet, dan tidak bisa memberi penjelasan jenis infeksi bakteri yang menyerangnya, mereka memberinya suntikan antibiotik, tapi antibiotik tidak berpengaruh pada penyakitnya.
Para dokter berpendapat ia harus pergi ke Rumah Sakit Nairobi, yang merupakan rumah sakit swasta terbaik di Afrika Timur. Sistem telepon tidak bekerja, dan tidak dapat untuk memberitahu dokter disana bahwa dia akan datang. Dia masih bisa berjalan, dan dia harus segera ke Nairobi. Mereka menempatkan dia dalam taksi tujuan bandara, dan dia naik penerbangan Kenya Airways.
Sebuah virus ganas dari kehidupan hutan hujan sedang dalam rencana penerbangan 24 jam nonstop ke setiap kota dibumi. Semua kota didunia dihubungkan oleh suatu jaringan rute penerbangan. Web internet juga jaringan. Sekali virus dapat memasuki jaringan, dia dapat jatuh di mana saja dalam sehari - Paris, Tokyo, New York, Los Angeles, kemanapun pesawat akan terbang. Charles Monet dan bentuk kehidupan di dalam dirinya telah memasuki jaringan.
Pesawat Fokker adalah kelas penumpang dengan baling-baling, pesawat komuter bekapasitas duduk 35 orang. Mesin mulai hidup dan mulai melintas Danau Victoria, biru dan berkilau, dihiasi dengan kano-kano nelayan. Foker itu berbalik dan berbelok ke timur, melewati bukit hijau berlapis dengan perkebunan teh dan peternakan kecil. Penerbangan sipil melintasi Afrika sering penuh dengan penumpang. Pesawat melangkahi jajaran hutan dan kelompok pondok berbentuk bulat dengan atap seng. Tanah tiba-tiba jauh dibawah, terdiri dari jurang dan lembah, berubah warna dari hijau menjadi cokelat. Pesawat itu melintasi Lembah Rift di bagian timur. Para penumpang melihat ke luar jendela di tempat dimana spesies manusia lahir.
Mereka melihat bintik bergerombol di dalam pondok lingkaran semak beduri, dengan jalan sapi keluar dari gubuk-gubuk. Baling-baling mengerang, dan pesawat komersil melewati awan, garis-garis awan Rift yang membengkak, lalu menanjak dan bergoyang. Monet menjadi mabuk udara.
Kursi yang sempit dan macet sudah umum di pesawat-pesawat komuter, dan Anda bisa melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kabin. Kabin yang tertutup rapat, dengan udara tanpa sirkulasi. Jika ada bau di udara, Anda segera merasakannya. Dan Andapun tidak akan bisa mengabaikan begitu saja pria yang sakit. Dia tampak diatas kursinya.. sepertinya ada sesuatu yang salah, tetapi Anda tidak bisa tahu persis apa yang sedang terjadi.
Dia memegang sebuah kantong mabuk udara di mulutnya. Dia batuk-batuk dan memuntahkan sesuatu ke dalam kantong. Tas membengkak. Mungkin dia melirik sekitar, dan kemudian Anda akan melihat bahwa bibirnya seperti diolesi dengan sesuatu yang licin dan merah, dicampur dengan bintik hitam, seolah-olah ia telah mengunyah bubuk kopi. Matanya berwarna rubi, sedang wajahnya tampak ekspresi benda yang memar. Bintik-bintik merah, yang beberapa hari sebelumnya telah dimulai sebagai nohtah layaknya bintang, meluas dan bergabung menjadi noda besar, dengan bayangan ungu. Seluruh kepalanya berubah warna hitam-biru. Otot-otot wajahnya mengendur dan Jaringan ikat pada wajahnya melorot, lalu wajahnya menggantung dari tulang yang menopangnya, seolah-olah wajahnya memisahkan diri dari tengkorak. Dia membuka mulutnya dan terengah ke dalam tas, lalu muntahpun berlangsung kembali. Tanpa henti ia terus menumpahkan cairan, setelah sekian lama, padahal seharusnya perut sudah kosong.
Kantong mabuk udara terisi sampai penuh dengan suatu zat yang dikenal sebagai muntahan negro atau muntah hitam. Muntah hitam tidak benar-benar berwarna hitam, itu adalah cairan berbintik dua warna, hitam dan merah, seperti direbus dan dicampur dengan darah merah segar arteri. Perdarahan, yang baunya seperti rumah jagal. Muntah hitam sarat dengan virus. Ini sangat infektif, ganas mematikan, cairan muntahan yang baunya mengisi kabin penumpang. Kantong mabuk udarapun penuh, jadi Monet menutup tas, lalu menggulungnya keatas. Dindingnya melunak dan terancam bocor, dia lalu berikan ke pramugari.
Ketika virus mematikan berkembangbiak di tubuh inang, ia dapat memenuhi seluruh tubuh dengan partikel virus, dari otak sampai ke kulit. Para ahli militer mengatakan bahwa virus telah mengalami periode "amplifikasi ekstrim". Ini bukan sesuatu seperti flu biasa. Pada puncak amplifikasi ekstrim terjadi, sebuah pipet yang berisi darah korban mungkin terdapat 100 juta partikel virus. Selama proses ini, tubuh sebagian telah diubah menjadi partikel virus. Dengan kata lain, tuan rumah dimiliki oleh suatu bentuk kehidupan yang mencoba untuk mengubah dirinya menjadi markas. Bagaimanapun juga, transformasi kadang tidak sepenuhnya berhasil, dan hasil akhirnya adalah banyak mencairkan daging yang bercampur dengan virus, semacam kecelakaan biologi. Amplifikasi ekstrim telah terjadi di Monet, dan tanda itu adalah muntah hitam.
Dia tampak kaku, seolah-olah setiap gerakan apapun bisa memecahkan sesuatu di dalam dirinya. Pembekuan darah membuat terjadinya gumpalan, dan pembekuan mengendap dimana-mana. Hati, ginjal, paru-paru, tangan, kaki, dan kepala menjadi macet dengan gumpalan darah. Akibatnya, ia mengalami stroke diseluruh tubuh. Gumpalan yang terakumulasi di otot usus, memotong pasokan darah ke usus itu sendiri. Otot-otot usus mulai mati, dan usus mulai lemas. Dia tampaknya tidak sepenuhnya merasa sakit lagi karena gumpalan darah yang bersarang di otaknya memotong aliran darah. Kepribadiannya berubah oleh kerusakan otak. Ini disebut depersonalisasi, di mana keaktifan dan karakter tampaknya mulai menghilang. Dia menjadi robot.
Bintik-bintik kecil di otaknya mulai mencair. Fungsi kesadaran yang ada hanya kedipan, meninggalkan bagian terdalam dari batang otak (otak tikus primitif, otak kadal) yang masih hidup dan berfungsi.
Bisa dikatakan bahwa Charles Monet telah mati, sementara yang tersisa adalah ”sesuatu” bernama Charles Monet. Dan itu terus hidup. Serangan muntah tampaknya telah merusak pembuluh darah di hidungnya – dan diapun mimisan. Darah mengucur dari kedua lubang hidung, cairan dari arteri yang menetes di atas gigi dan dagu. Darah ini terus meleleh, karena faktor pembeku darah telah habis. Seorang pramugari memberinya handuk kertas, yang ia gunakan untuk menutup hidungnya, tapi darah tidak mau mengental, dan melewati kertas layaknya handuk yang direndam.
Ketika seorang pria sakit dikursi penerbangan di sebelah Anda, Anda mungkin tidak ingin mempermalukan dirinya dengan menaruh perhatian berlebih terhadap masalah tersebut. Anda mengatakan kepada diri sendiri bahwa orang ini akan baik-baik saja. Mungkin dia tidak terbiasa dipesawat. Dia sedang mabuk udara, orang yg miskin. Orang-orang lumrah mendapatkan mimisan di pesawat, karena udara begitu kering dan tipis ... maka Anda akan lirih ketika menawarkan sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk membantunya. Dia tidak menjawab, atau dia hanya bergumam dengan kata-kata yang Anda tidak dapat mengerti, sehingga Anda mencoba untuk mengabaikanny. Tapi penerbangan tampaknya berlangsung masih lama. Mungkin pramugari menawarkan untuk membantunya. Tapi korban dari jenis virus ganas memiliki perubahan dalam perilaku yang dapat membuat mereka tidak mampu menanggapi tawaran bantuan. Mereka menjadi bermusuhan, dan tidak ingin disentuh. Mereka tidak ingin berbicara. Mereka menjawab pertanyaan dengan geraman atau suku kata tunggal. Mereka tidak bisa menemukan kosa kata. Mereka dapat memberitahu Anda nama mereka, tetapi mereka tidak dapat memberitahu Anda tentang hari minggu atau menjelaskan apa yang telah terjadi pada mereka.
Pesawat sipil bergerak melalui awan, mengikuti ngarai panjang Rift, dan memerosotkan Monet dikursi, dan sekarang ia tampaknya tertidur ... Mungkin beberapa penumpang bertanya-tanya apakah dia sudah mati. Tidak, tidak, ia tidak mati. Dia bergerak. Mata merahnya terbuka dan bergerak sedikit. Hari menjadi sore, dan sinar matahari yang jatuh ke dalam bukit-bukit di sebelah barat Lembah Rift, melemparkan pisau cahaya ke segala arah, seolah-olah matahari retak di khatulistiwa. Pesawat ini membuat putaran lembut dan melintasi timur lereng curam Rift tersebut. Tanah menanjak lebih tinggi membuat perubahan warna dari coklat ke hijau.
The Hills Ngong muncul di bawah sayap kanan, dan pesawat sekarang turun melewati taman dengan zebra dan jerapah. Semenit kemudian, mendarat di Jomo Kenyatta
Bandara Internasional Nairobi. Monet membangkitkan dirinya. Dia masih bisa berjalan. Dia berdiri dan menetes. Dia tersandung menuruni gang menuju ke jalanan aspal. Kemejanya merah kacau. Dia membawa koper. Koper satu-satunya, yaitu tubuhnya, dan itu berisi muatan virus yang sangat kuat. Monet telah berubah menjadi bom virus manusia. Dia berjalan perlahan ke dalam terminal bandara dan melalui gedung dan keluar ke jalan berkelok di mana taksi selalu diparkir. Para pengemudi taksi mengelilingi dia - "Taksi?" "Taksi?"
"... Rumah Sakit Nairobi," gumamnya. Salah satu membantu dia naik mobil. Pengemudi taksi Nairobi ingin berbincang tentang tarif mereka, dan sopir yang satu ini mungkin bertanya apakah ia sakit. Perut Monet merasa sedikit lebih baik sekarang. Perutnya terasa berat, kusam, dan kembung, seolah-olah dia telah melahap begitu banyak makanan.
Taksi melintas Highway Uhuru dan menuju ke Nairobi. berjalan melalui padang rumput bertabur pohon akasia madu, jalan pabrik masa lalu, yang datang dan memasuki kehidupan jalanan ramai Nairobi. Orang banyak di penggilingan dibahu jalan, perempuan berjalan di jalur penuh kotoran, para pria berkeliaran, anak-anak naik sepeda, seorang pria memperbaiki sepatu di pinggir jalan, sebuah traktor menarik sebuah wagonload berisi arang. Taksi belok kiri ke Jalan Ngong dan berjalan melewati sebuah taman kota dan mendaki bukit, ke barisan warna biru dari pohon karet masa lalu yang menjulang tinggi, dan ternyata sebuah jalan yang sempit dan berjalan melewati gerbang penjaga dan memasuki halaman Rumah Sakit Nairobi. Ini adalah taman dimana taksi berhenti di samping sebuah kios bunga. Dipintu kaca tertulis DEPARTEMEN KORBAN (IGD). Tangan Monet merogoh uang, memberikan ke sopir, membuka pintu kaca dan pergi ke loket penerimaan dan menunjukkan bahwa dia sangat sakit. Dia memiliki kesulitan berbicara.
Pria itu mengalami perdarahan, dan mereka akan mengiyakan hanya dalam beberapa saat saja. Dia harus menunggu sampai dokter dipanggil, tetapi tidak perlu khawatir, dokter akan melihatnya segera. Dia duduk di ruang tunggu. Ini adalah ruangan kecil dilapisi dengan bangku-bangku empuk. Cahaya terang Afrika Timur, kuat menerobos melalui deretan jendela dan jatuh dimeja pada tumpukan majalah kotor, dan membuat persegi panjang dilantai abu-abu berkerikil yang memiliki drain di tengah. Ruangan itu berbau samar aroma kayu asap yang manis. Penuh sesak dengan orang bermata merah, Afrika dan Eropa yang menempel dari bahu ke bahu. Selalu ada seseorang di Casualty yang telah tersayat dan sedang menunggu untuk dijahit. Orang-orang menunggu dengan sabar, memegang kain lap di kulit kepala, memegang perban, menekannya dengan jari, dan Anda mungkin melihat noda darah pada kainnya. Jadi Charles Monet duduk di bangku pasien, dan dia tidak terlihat jauh berbeda dari orang lain di ruangan itu, kecuali untuk memar wajahnya, ekspresi dan mata merahnya. Sebuah tanda di dinding memperingatkan pasien harus waspada pada para pencuri dompet, dan tanda lain mengatakan:
HARAP tetap DIAM
KERJASAMA ANDA akan dihargai.
CATATAN: INI ADALAH DEPARTEMEN KORBAN. KASUS DARURAT AKAN DIPRIORITASKAN.
ANDA MUNGKIN PERLU MENUNGGU KASUS TERSEBUT DITANGANI SEBELUM ANDA MENERIMA BANTUAN.
Monet hening, menunggu untuk menerima perhatian. Tiba-tiba ia masuk ke dalam fase terakhir. Bom virus manusia meledak.
Spesialis Biohazard Militer memiliki cara untuk menggambarkan kejadian ini. Mereka mengatakan bahwa korban telah "hancur dan berdarah-darah". Atau lebih sopan mereka mengatakan bahwa korban telah "drop".
Dia menjadi pusing dan sangat lemah, tulang belakangnya lemah, dia berjalan lemas, dia kehilangan keseimbangan. Ruangan berputar dan berputar. Dia mengalami shock. Dia membungkuk, kepala ada di lutut, dan membawa memuntahkan darah dengan kuantitas yang luar biasa dari perutnya dan tumpahan itu jatuh ke lantai dengan erangan terengah-engah. Dia kehilangan kesadaran dan tersungkur ke lantai. Satu-satunya suara adalah tersedaknya tenggorokan saat ia terus muntah. Kemudian datang suara seperti tempat tidur yang robek setengahnya, yang merupakan suara terbukanya isi perut dari ventilasi perutnya. Lapisan-lapisan usus datang dan terusir bersama dengan sejumlah besar darah. Monet telah jatuh dan mengalami pendarahan. Para pasien lain di ruang tunggu berdiri dan menjauh dari pria di lantai, menyeru pada dokter. Kolam darah menyebar disekelilingnya, cepat meluas. Setelah menghancurkan sang inang, virus sekarang keluar dari setiap lubang, dan "berusaha" untuk menemukan tuan rumah baru.
LONCATAN
1980 Januari 15.
Perawat datang berlarian, mendorong brankar, lalu mengangkat Charles Monet dan mendorong dia ke unit perawatan intensif Rumah Sakit di Nairobi. Sebuah panggilan untuk dokter keluar melalui pengeras suara: pasien mengalami pendarahan di ICU. Seorang dokter muda bernama Sem Musoke berlari ke tempat kejadian. Dr Musoke secara luas dianggap sebagai salah satu dari dokter muda terbaik di rumahsakit tersebut, seorang pria energik dengan rasa humor yang hangat, yang bekerja berjam-jam dan memiliki perasaan tangguh untuk keadaan darurat. Dia menemukan Monet berbaring di brankar. Dia tidak tahu apa yang salah dengan pria itu, kecuali bahwa dia jelas-jelas memiliki beberapa jenis perdarahan masif. Tidak ada waktu untuk mencoba mencari tahu apa yang menyebabkannya.
Dia mengalami kesulitan bernapas - dan kemudian napasnya berhenti. Dia telah menghirup darahnya sendiri dan mengalami serangan pernapasan.
Dr Musoke merasakan denyut nadinya lemah dan lamban. Seorang perawat berlari dan mengambil sebuah laringoskop, tabung yang dapat digunakan untuk membuka jalan napas seseorang. Dr Musoke merobek kemeja Monet sehingga dia bisa mengamati naik turunnya dada, dan dia berdiri membungkuk diatas wajah Monet sehingga bisa melihat langsung ke matanya yang terbalik. Monet menatap dgn warna merah pada Dr Musoke, tapi tidak ada gerakan di bola mata, pupilnya melebar. Kerusakan otak: orangnya tak eksis lagi. Hidung dan mulutnya berdarah. Dr Musoke memiringkan kepala pasien kembali untuk membuka jalan napas sehingga ia bisa memasukkan laringoskop tersebut. Dia tidak mengenakan sarung tangan karet. Dia mengusapkan jarinya sekitar lidah pasien untuk membersihkan mulut dari kotoran, menyapu keluar lendir dan darah. Tangannya menjadi berminyak dengan dideh hitam(darah matang). Pasien berbau muntahan dan darah, tapi ini bukan hal baru bagi Dr Musoke, ia berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia membungkuk sampai wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Monet, dan iapun melihat kedalam mulut Monet dalam rangka untuk menilai posisi laringoskop. Kemudian menekan bagian atas lidah Monet dan mendorong lidah keluar sehingga ia bisa melihat ke bawah saluran udara melewati epiglotis, sebuah lubang gelap yang menuju ke dalam ke paru-paru. Dia mendorong laringoskop ke dalam lubang, mengintip melalui instrumen. Monet tiba-tiba tersentak dan meronta-ronta.
Monet muntah.
Muntah hitam meledak di sekitar laringoskop dan keluar dari mulut Monet. Memuntahkan cairan Hitam dan merah dari atas ke bawah pada Dr Musoke.
mengenai mata. Berceceran di jas putih dan bawah dadanya, lendir merah belang-belang dengan bintik-bintik gelap, mendarat di mulutnya.
Dia reposisi kepala pasien dan menyapu keluar darah dari mulut pasien dengan jari-jarinya. Darah telah menutupi tangan Dr Musoke itu, pergelangan tangan dan lengan. Ini terjadi di mana-mana di seluruh brankar, di seluruh tubuh Dr Musoke, di seluruh lantai. Para perawat di unit perawatan intensif tidak percaya akan mata mereka, dan mereka terpaku dibelakang, tak tahu harus berbuat apa. Dr Musoke mengintip ke dalam jalan napas dan mendorong laringoskop lebih dalam paru-paru. Dia melihat bahwa saluran udara penuh darah.
Serak udara terdengar diparu-paru pria itu. Pasien itu mulai bernapas lagi.
Pasien rupanya shock karena kehilangan darah. Dia telah kehilangan begitu banyak darah yang membuat dehidrasi. Darah telah keluar dari hampir setiap tempat terbuka di tubuhnya. Tidak cukup darah yang tersisa untuk mempertahankan sirkulasi, sehingga detak jantungnya sangat lamban, dan tekanan darah turun menuju nol. Dia membutuhkan transfusi darah.
Seorang perawat membawa sekantong darah. Dr Musoke berdiri, memasukkan jarum ke lengan pasien. Ada sesuatu yang salah dengan pembuluh darah pasien; darahnya malahan muncrat di sekitar jarum. Dr Musoke mencoba lagi, menempatkan jarum ke tempat lain di lengan pasien dan mencari vena. gagal. Lebih banyak darah mengalir keluar. Di setiap tempat di lengan pasien di mana ia menempatkan jarum, vena malah pecah seperti makaroni dimasak dan darah tertumpah, dan darah mengalir dari tusukan bawah lengan pasien dan tidak bisa menggumpal. Dr Musoke meninggalkan usahanya untuk memberikan pasiennya transfusi darah karena takut bahwa pasien akan mati kehabisan darah yang keluar dari lubang-lubang kecil di lengannya.
Pasien terus mengalami pendarahan dari perut, perdarahan ini sekarang tampak hitam layaknya nohtah.
Monet makin terpuruk makin jauh ke kondisi koma, dan dia tidak pernah bisa siuman. Dia meninggal di unit perawatan intensif pada dini hari. Dr Musoke berada di samping tempat tidurnya sepanjang waktu.
Mereka tidak tahu apa yang telah membunuhnya. Ini adalah kematian yang tidak dapat dijelaskan. Mereka membedahnya untuk diautopsi dan menemukan bahwa ginjalnya hancur dan bahwa hatinya sudah mati. Hatinya telah berhenti berfungsi beberapa hari sebelum ia meninggal. Berwarna kuning, dan bagian yang mencair itu tampak seperti hati mayat berusia tiga hari. Seolah-olah Monet telah menjadi mayat sebelum kematiannya. Pengelupasan usus, di mana ling usus lepas, adalah efek yang biasanya terlihat pada mayat lama. Apa, tepatnya, yang jadi penyebab kematian?
Mustahil untuk mengatakannya, karena ada kemungkinan penyebab yang terlalu banyak. Segala sesuatu tidak normal dalam orang ini, benar-benar semuanya, sesuatu yang bisa berakibat fatal: pengentalan, perdarahan masif, hati berubah menjadi puding, usus penuh darah. Kurang kata-kata, kategori, atau bahasa untuk menggambarkan apa yang telah terjadi, mereka menyebutnya, pada akhirnya, kasus "gagal hati fulminan". mayat ditempatkan dalam kantong kedap air dan, menurut satu pegawai, dikubur daerah lokal. Ketika saya mengunjungi Nairobi, tahun kemudian, tidak ada yang ingat di mana kuburan itu.
1980 Januari 24
SEMBILAN HARI SETELAH pasien muntah ke mata Dr Sem Musoke dan mulutnya, Musoke merasakan sensasi sakit di punggungnya. Dia tidak gampang sakit punggung, ia tidak pernah memiliki sakit punggung yang serius, meskipun ia mendekati tiga puluh, dan terpikir bahwa dia masuk ke waktu hidup dimana ketika beberapa orang mulai mendapatkan masalah punggung yang buruk. Dia mengemudi sendiri beberapa minggu terakhir ini. Dia terjaga sepanjang malam dengan pasien yang memiliki masalah jantung, dan kemudian, pada malam berikutnya, ia tetap melek sepanjang malam dengan pria Prancis dengan perdarahan yang datang dari suatu tempat dipedalaman. Jadi dia telah berhari-hari tanpa cukup tidur.
Dia tidak pernah berpikir banyak tentang insiden muntah, dan ketika sakit mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, ia masih tidak berpikir tentang hal itu. Kemudian, ketika ia melihat ke dalam cermin, ia melihat bahwa matanya memerah.
ia mulai bertanya-tanya jika saja ia terkena malaria. sekarang ia menderita demam,
jadi pasti dia punya semacam infeksi. Sakit punggung telah menyebar sampai semua otot dalam tubuhnya sakit parah. Dia mulai mengambil pil malaria, tetapi tidak berdampak sesuatu yang baik, sehingga ia bertanya kepada salah seorang perawat untuk memberikan suntikan obat antimalaria.
Perawat memberikannya pada otot lengannya. Rasa sakit injeksi itu sangat, sangat buruk. Dia belum pernah merasakan sakit tusukan seperti itu, ini tidak normal dan menghantui. Dia bertanya-tanya mengapa tembakan sederhana memberinya sakit semacam ini. Kemudian ia merasakan nyeri perut, dan itu membuatnya berpikir bahwa dia mungkin demam tifoid, sehingga ia menyerahkan diri suatu program terapi pil antibiotik, tapi itu tidak berpengaruh pada penyakitnya. Sementara itu, para pasien membutuhkannya, dan ia terus bekerja di rumah sakit. Rasa sakit di perutnya dan otot-ototnya tumbuh tak tertahankan.
Tidak dapat mendiagnosis dirinya sendiri, dalam keadaan sakit parah, dan tidak mampu untuk melanjutkan tugasnya, ia menemui Dr Antonia Bagshawe, seorang dokter Rumah Sakit di Nairobi. Dia memeriksanya, mengamati demam, mata merah, sakit kuningnya, sakit perut, sesuatunya menjadi tidak pasti, & bertanya-tanya apakah dia ada batu empedu atau abses hati. Sebuah serangan empedu kandung kemih atau abses hati, dapat menyebabkan demam, penyakit kuning & sakit perut. mengenai mata merah dia tidak bisa menjelaskan - dan dia memerintahkan pemeriksaan USG hati-nya. Dia mempelajari gambarnya dan melihat bahwasannya membengkak, tapi selain itu, dia tidak melihat yang tidak biasa. Kenyataan saat ini, dia sangat sakit, dan mereka menempatkan dia di sebuah kamar tersendiri dengan perawat menghadiri dia setiap jam. Wajahnya merubah dirinya menjadi sebuah topeng tanpa ekspresi.
Serangan batu empedu bisa berakibat fatal. Dr Bagshawe merekomendasikan bahwa Dr Musoke harus dioperasi eksplorasi. Ia dibuka di ruang operasi utama di Rumah Sakit Nairobi oleh tim ahli bedah yang dipimpin oleh Dr Imre Lofler. Mereka membuat sayatan di atas hati dan menarik otot-otot perut. Apa yang mereka ditemukan di dalam Musoke begitu menakutkan dan membingungkan, dan mereka tidak bisa menjelaskannya. Hatinya bengkak dan merah dan tidak terlihat sehat, tetapi mereka tidak bisa menemukan tanda-tanda batu empedu. Sementara itu, ia tidak berhenti perdarahan. Setiap prosedur bedah tentu akan memotong pembuluh darah, dan pembuluh yang potong akan mengeluarkan cairan untuk sementara dan kemudian mengumpal, atau jika cairan mengalir terus, ahli bedah akan mengoleskan gel berbusa padanya untuk menghentikan pendarahan. Pembuluh darah Musoke tidak berhenti mengalirkan darah, dan tidak pula menggumpal. Seolah-olah ia telah
menjadi penderita hemofilia (penyakit kurangnya zat pembeku darah – teguh suroso). Mereka mengoleskan gel busa seluruh hatinya, dan darah menembus gel tersebut. Darahnya bocor seperti menembus spons. Mereka harus hisap keluar banyak darah, tetapi begitu mereka mempompa keluar, sayatan telah terisi lagi. Rasanya seperti menggali lubang di bawah permukaan air, air mengisi secepat Anda memompa. Salah satu ahli bedah kemudian memberitahu bahwa tim telah "sampai ke ujung dalam darah". Mereka memotong sample keluar dari liver dan menempatkan ke dalam botol cairan dan menutup Musoke secepat mereka bisa.
Dia memburuk dengan cepat setelah operasi, dan ginjalnya mulai gagal. Dia tampak mulai sekarat. Pada saat itu, Dr. Antonia Bagshawe, harus bepergian ke luar negeri, dan mengkondisikan pasien dibawah perawatan seorang dokter bernama David Silverstein. keadaan gagal ginjal dan dialisis pada Dr Musoke menciptakan suasana darurat di rumah sakit - ia disukai oleh rekan-rekannya - dan mereka tidak ingin kehilangannya. Silverstein mulai mencurigai bahwa Musoke menderita serangan virus yang tidak biasa. Dia mengumpulkan darah pasien dan mengambil serumnya, yang merupakan, cairan bening berwarna emas yang tetap bening ketika sel-sel merah dikeluarkan dari darah. Dia mengirim beberapa tabung serum beku ke laboratorium untuk pengujian - ke Institut Virologi Nasional di Sandringham, Afrika Selatan, dan Centers for Disease Control di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Lalu ia menunggu hasilnya.
INI TERJEMAHAN 25 HALAMAN DARI 233 HALAMAN.
NANTIKAN KELANJUTANNYA... UNTUK PERTANYAAN SILAHKAN HUB 08574 27 494 27
No comments:
Post a Comment